Hidup Melarat,Jiwa Tiga Anak Mbah Ginem Terguncang

blogger templates
Nganjuk:Perempuan renta itu termenung di atas pondasi rumah yang belum jadi. Matanya lekat menatap tumpukan kayu bakar yang berserak di kakinya. Sesekali tangan kanannya merapikan kebaya putih dan jarik yang tersingkap akibat robek disana-sini.
Sejak belasan tahun silam, Mbah Waginem, 80 tahun, warga Dusun Patik, Desa Senopatik, Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk melakukan aktivitas seperti itu. Ibu tujuh anak ini nyaris tak pernah berbicara dengan siapapun selain melamun di samping rumahnya. Indera pendengarannya yang berkurang ditambah tulang punggung yang mulai melengkung menambah beban nenek itu.

Menurut Tumini, tetangga Mbah Ginem, nenek itu selalu menghabiskan waktu di atas pondasi. Bahkan dia bisa berlama-lama diam di tempat itu tanpa berbicara dengan siapapun. Kesendirian Mbah Ginem ini setidaknya sudah berlangsung sejak tujuh tahun lalu, ketika Sadinah, anak sulungnya menderita gangguan kejiwaan.

Hal ini merupakan petaka karena Sadinah adalah satu-satunya anak di rumah itu yang selama ini menjadi tulang punggung sekaligus teman bagi Mbah Ginem. Sementara dua adiknya yakni Suparman dan Suparti sudah lebih dulu kehilangan akal sehat. "Tidak ada yang bisa diajak ngomong, akhirnya jadi diam seperti itu," kata Tumini kepada Tempo, Kamis 17 Juli 2014. 
Saat Tempo mencoba menyalami, Mbah Ginem hanya mengangguk dan tersenyum. Dia berusaha bangkit dari pondasi yang menjadi singgasananya sebelum akhirnya terduduk kembali. Tulang rentanya tak bisa berkompromi untuk sekedar menggerakkan tubuh sejengkal pun.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/07/18/173593896/Hidup-MelaratJiwa-Tiga-Anak-Mbah-Ginem-Terguncang-

0 Response to "Hidup Melarat,Jiwa Tiga Anak Mbah Ginem Terguncang"

Post a Comment